Sawit dan Kompos Jalan Menuju Keberlanjutan di Indonesia
14 November 2024
Keharmonisan dan ketenangan kehidupan Masyarakat Desa Lubuk Keranji Timur, yang terletak di Kecamatan Bandar Petalangan, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, begitu menyatu dengan irama alam. Desa yang dihuni oleh 980 penduduk yang tersebar di empat dusun ini tumbuh subur dengan akar pertaniannya. Penduduk desa ini umumnya berkebun kelapa sawit dan karet, serta bercocok tanam di kebun-kebun mereka.
Selama bertahun-tahun, penduduk Desa Lubuk Keranji Timur menggunakan metode pertanian tradisional untuk produksi kelapa sawit dan karet. Mereka mengandalkan praktik-praktik penggunaan lahan yang luas dan produksi skala besar, yang sering kali memprioritaskan hasil panen yang cepat daripada keberlanjutan jangka panjang.
Gelombang perubahan transformatif dimulai pada tahun 2021 dengan intervensi Program Lanskap Siak Pelalawan (SPLP). SPLP bertujuan untuk memperkenalkan praktik pertanian berkelanjutan dan memberikan dukungan penting untuk meningkatkan mata pencaharian penduduk desa. Tahun 2023, Sekretariat Negara Swiss untuk Urusan Ekonomi (SECO) dan dukungan UNDP Indonesia melalui program Sustainable Landscape Program Indonesia (SLPI), ikut mendanai inisiatif yang sudah dimulai oleh SPLP ini. Lubuk Keranji Timur merupakan salah satu dari 52 desa dan dua kecamatan yang saat ini didampingi oleh SPLP dan dikelola oleh Daemeter, Proforest, dan Jejakin. SPLP merupakan salah satu dari empat program lanskap di Indonesia yang bertujuan untuk melindungi ekosistem alam dalam skala lanskap, meningkatkan produksi pertanian, dan meningkatkan mata pencaharian masyarakat setempat.
“Kami selaku pemerintah desa sangat mendukung kegiatan yang dilaksanakan oleh SPLP di Desa Lubuk Keranji Timur,” ujar Ali Akbar, sekretaris Desa, mengenang masa-masa awal keterlibatan SPLP. “Salah satu inisiatif yang paling signifikan adalah pengembangan pupuk kompos dan demplot jagung manis.”
Kelompok Tani Sumber Rezeki, sebuah kelompok tani lokal, berada di garis depan dalam inisiatif ini. Dengan bimbingan seorang instruktur pembuatan dan penggunaan pupuk organik, Sinambela, kelompok ini memulai perjalanan transformasi. Mereka memulai dengan mengolah tandan kosong kelapa sawit, kotoran hewan, dan bahan mentah lainnya menjadi pupuk organik. Proses ini meliputi penggilingan, pembuangan, pengadukan, penyiraman, dan pemantauan suhu serta kadar air kompos sebelum dikemas untuk digunakan.
Sinambela, yang sangat tertarik dengan pertanian organik, menekankan pentingnya praktik-praktik yang berkelanjutan. “Yang perlu kita perhatikan pada waktu penanaman jagung ini supaya berkelanjutan adalah selalu menggunakan pemupukan organik,” jelasnya. Demplot jagung manis menjadi bukti manfaat penggunaan pupuk organik buatan sendiri.
Edi Santoso, Ketua Kelompok Tani Sumber Rezeki, berbagi antusiasme yang baru ditemukan oleh kelompoknya. “Kita pengolahan lahannya tanpa bakar, menggunakan pupuk dasar bahannya bahan organik yang kita buat sendiri”. Metode ini tidak hanya menjaga kesehatan tanah tetapi juga mengurangi dampak negatif bagi lingkungan.
Kegiatan pengolahan kompos dan demplot jagung manis telah menjadi sumber pendapatan penting bagi para petani. Kegiatan pengolahan kompos dan demplot merupakan salah satu sumber alternatif selain komoditas sawit dan karet. Diversifikasi inilah yang membawa stabilitas bagi perekonomian desa.
Slamad, salah satu anggota Kelompok Tani Sumber Rezeki, mengungkapkan rasa terima kasihnya: “Kami mengucapkan beribu terima kasih. Semoga apa yang telah diperkenalkan oleh SPLP bermanfaat bagi kami. Ke depannya, kami berharap SPLP terus mendampingi dan membantu kami agar kami bisa mandiri dan sejahtera.”
Saat matahari terbenam di atas ladang subur Lubuk Keranji Timur, penduduk desa menantikan masa depan yang lebih cerah. Upaya SPLP tidak hanya meningkatkan praktik pertanian mereka, tetapi juga menanamkan rasa harapan dan ketahanan. Setiap hari, para petani Lubuk Keranji Timur terus merintis jalan menuju keberlanjutan dan kemakmuran dengan tumpukan kompos dan batang jagung manis.