Sebagai seorang anak, Hadid Fathul Alam –CEO OKE Garden– menyaksikan perjuangan ayahnya yang pekerja keras sebagai tukang kebun. Dia bergantung pada keberuntungan untuk menemukan pelanggannya, dengan cara menawarkan layanan dari satu rumah ke rumah lain. Ia pun tergelitik ketika melihat banyak ruang terbuka hijau perkotaan di Indonesia yang tidak terurus dengan baik. Terinspirasi oleh pasar yang dia gunakan untuk menjual tanaman yang dikumpulkan ayahnya, dia memiliki visi untuk membangun platform penghubung yang menjembatani penawaran dan permintaan layanan berkebun.
Ketersediaan dan pemeliharaan ruang terbuka hijau perkotaan telah menjadi masalah di sebagian besar kota padat penduduk di Indonesia. Di Jakarta, misalnya, hanya 5,18% dari luas wilayah yang dikategorikan sebagai ruang terbuka hijau.[1] Di antaranya, beberapa tampilan mengalami penurunan kualitas – dengan salah satu kontributor terbesar adalah kurangnya perawatan yang tepat. Hal ini tidak hanya menyebabkan penyerapan karbon dan retensi air perkotaan yang tidak optimal, tetapi penelitian membuktikan ada korelasi positif antara kurangnya pemeliharaan dan tingkat kejahatan di sekitar ruang terbuka hijau perkotaan.
Melihat ini sebagai peluang wirausaha sosial, Hadid dan rekan-rekannya mendirikan OKE Garden pada tahun 2018. Platform ini berfungsi sebagai agregator layanan berkebun yang dapat dipilih pelanggan – mulai dari penata taman spesial hingga pengasuh skala kecil. OKE Garden tidak hanya mendemokratisasi akses untuk pemeliharaan ruang hijau, tetapi juga membuka peluang yang lebih besar bagi greenskeepers (pencinta lingkungan). Selain itu, platform ini juga menggabungkan peningkatan kapasitas untuk membantu tukang kebun dari pintu ke pintu memajukan bisnis mereka dengan mengajarkan standar layanan pelanggan dasar, pembukuan, dan metode penjangkauan dalam kemitraan dengan pusat komunitas setempat. Bagi pelanggan, OKE Garden menyediakan berbagai fitur interaktif, mulai dari konsultasi online, video inspirasi berkebun, hingga layanan custom design khusus.
Alhasil, OKE Garden mendapatkan daya tarik positif dari pasarnya, dan mampu memberdayakan banyak orang. Contohnya adalah Yadi, seorang tukang kebun lulusan SD yang dulunya berpenghasilan Rp50.000 sehari melayani 1-2 klien sehari. Setelah bekerja sama dengan Oke Garden selama tiga tahun, ia berhasil mendapatkan modal Rp10 juta per bulan, dan menjadikan jasa solonya sebagai wirausaha dengan menjadi perantara bagi 11 pembibitan tanaman lainnya.
Dalam mengembangkan usaha sosialnya, Hadid didukung oleh banyak orang, termasuk Pralampita, CPO (Chief Product Officer) dari OKE Garden yang bergabung dengan SheDisrupts Indonesia – sebuah kompetisi usaha dan program pra-akselerasi yang berfokus pada usaha yang dipimpin perempuan dan usaha dengan penerima manfaat perempuan. Program ini diluncurkan oleh Creatella Impact, Sasakawa Peace Foundation, Moonshot Ventures, UN Women, Monks Hill Ventures dan UNDP melalui ASSIST JP yang didukung oleh Joint SDG Fund.
Ia senang mengikuti program tersebut karena sebelumnya ia belum pernah mengikuti akselerator khusus pemberdayaan perempuan. Keterlibatan para ahli terkemuka di seluruh perilaku SDI memicu minatnya lebih jauh – karena menurutnya kurikulum yang disediakan akan membantu OKE Garden memberikan dampak yang lebih besar, terutama dalam memasukkan agenda bernuansa gender ke dalam misi perusahaan.
Pralampita setuju bahwa program ini sangat membantunya dalam menemukan cara untuk meningkatkan OKE Garden. Dia juga menambahkan bahwa dia menemukan sesi tersebut sangat mendalam, terutama pada pengukuran dan pengelolaan dampak.
“Saya merasa sangat tercerahkan karena sesi yang sangat substantif, terutama yang mengajarkan konstruksi dan pengembangan dek produk, kesetaraan gender, serta pengukuran dan manajemen dampak. Alhasil, kami menjadi sadar untuk menonjolkan komposisi gender baik penerima manfaat maupun tim kami” ujarnya.
Dia juga menambahkan bahwa sekarang, perusahaan lebih sadar akan cara untuk mengukur dan mengarahkan dampaknya terhadap SDGs dan menempatkan tujuan sebagai dasar untuk lebih menyusun strategi bisnis mereka. Perusahaan telah berkontribusi pada pencapaian tiga SDGs. Pertama adalah SDG 8 untuk memastikan pekerjaan yang layak dan pertumbuhan ekonomi karena mereka menyediakan jalur karir yang jelas bagi tukang kebun dan meningkatkan produktivitas mereka. Kedua adalah SDG 13 tentang Aksi Iklim, karena pemeliharaan ruang publik hijau dapat meningkatkan penyerapan jejak karbon dan retensi air. Terakhir, penyediaan pendidikan dengan memberikan pelatihan TI intensif untuk 200+ lulusan kejuruan, dengan fokus pada kurikulum desain lansekap – meningkatkan pemenuhan SDG 4.
Ke depan, OKE Garden bertujuan untuk membangun komunitas pecinta lanskap hijau yang lebih besar dengan berkolaborasi dengan kampus-kampus jurusan terkait. Pusat komunitas ini juga diharapkan dapat menutup segmentasi antara akademisi dan praktisi serta memungkinkan keduanya berkolaborasi dan saling memberdayakan.
OKE Garden dapat diakses melalui layanan web (okegarden.com) untuk pelanggan di wilayah Jabodetabek, Jawa Barat, dan Jawa Timur untuk layanan perawatan taman secara langsung. Mereka juga menerima konsultasi berkebun online.
Ditulis oleh Fathi Arsadipura dan Adra Shaffa Andira (Innovative Financing Lab, UNDP Indonesia) Edited by Enggi Dewanti