Memanfaatkan Solusi Berbasis Digital untuk Memperkuat Ketangguhan Perkotaan Melawan Bencana
18 August 2023
Indonesia, yang terletak pada lokasi yang unik secara geografis dan geologis, sangat rentan terhadap berbagai jenis bencana alam. Daerah-daerah perkotaan secara khusus lebih rentan terhadap bencana karena factor-faktor seperti kepadatan penduduk, kompleksitas infrastruktur, dan resiko-resiko lingkungan. Salah satu kota tersebut adalah Slawi, sebuah kota kecil di Jawa Tengah. Di tahun 2021 saja tercatat setidaknya 90 kejadian bencana di Slawi, termasuk 27 kejadian banjir, 33 kejadian longsor, dan 30 kejadian putting beliung. Sebanyak 70.000 warga setempat terdampak bencana-bencana ini, yang menyebabkan kerugian ekonomi sebanyak 6-7 miliar rupiah (400-467 juta dolar AS). Dalam menghadapi tantangan dan resiko kebencanaan yang terus meningkat ini, kota-kota memerlukan solusi-solusi inovatif dalam membangun ketangguhan kebencanaan.
Sebagai respon atas isu ini, UNDP, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan Ecoxyztem Venture Builder berkolaborasi dalam menyelenggarakan Urban Innovation Challenge. Diadakannya ajang ini sebagai wadah untuk mengidentifikasi strategi inovatif turut mendukung tata kelola dan literasi digital di daerah perkotaan, serta berkontribusi pada terbangunnya “smart city” atau kota ‘pintar’. Berdasarkan data dari Bank Dunia (2021), sebanyak 62% dari warga dewasa di Indonesia yang tinggal di daerah perkotaan sudah memiliki akses internet pada tahun 2019. Dari peningkatan penggunaan alat-alat digital ini pun timbul berbagai pertanyaan: Bagaimana kita bisa memastikan bahwa masyarakat perkotaan dapat mengakses layanan publik digital? Seperti apa peran digitalisasi dalam memperkuat ketangguhan masyarakat perkotaan dalam menghadapi berbagai peristiwa, seperti bencana? Oleh karena itu menjadi sangat penting untuk mengerti potensi dari digitalisasi serta penerapannya dalam ketangguhan bencana.
Bersama Center of Geomatic Applications for Sustainable Development (CEGAS Studio), terciptalah sebuah solusi yang bertujuan untuk berkontribusi kepada infrastruktur digital dan sosial untuk membangun kesiapan warga Slawi dalam menghadapi bencana. Dalam mendukung ketangguhan kota ‘pintar’, solusi ini menggunakan pendekatan yang partisipatif. Pemanfaatan keadaan demografis kota Slawi yang didominasi anak muda menjadi kesempatan untuk pendekatan yang lebih inklusif. Inisiatif ini bertujuan menghasilkan wadah pengetahuan kebencanaan yang dilengkapi pemetaan resiko kebencanaan partisipatif. Sistem ini melingkupi berbagai tahap kebencanaan, dari antisipasi dan mitigasi sampai ke respon awal dan pemulihan bencana, berdasarkan kerangka kebencanaan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Tujuannya adalah untuk memperdayakan relawan lokal untuk berkontribusi secara aktif kepada pengumpulan informasi, serta mendukung kesiagaan bencana masyarakat dan pemerintah melalui sistem tersebut.
Secara umum, inisiatif ini mendukung kemajuan masyarakat Slawi. Kendati demikian, ada tiga kelompok masyarakat yang menjadi fokus dari pendekatan ini. Kelompok pertama ialah relawan yang berada di garda terdepan tanggap bencana di Slawi. Dengan keterlibatan aktif 25 relawan lokal yang juga diberikan alat dan pelatihan digital yang memadai, proyek ini berhasil memetakan 100% wilayah rawan bencana di Slawi. Perpaduan dengan pengetahuan lokal pada proses pemetaan ini memperkaya akurasi dan relevansi dari data yang dikumpulkan. Dengan pengetahuan dan portal kebencanaan ini, pada relawan sekarang dapat merespon lebih efektif terhadap bencana dan dapat turut meningkatkan keamanan dan ketangguhan masyarakat Slawi.
Di saat yang sama, ada juga fokus terhadap dua kelompok lainnya—perempuan dan pemuda—sehubungan bahwa mereka termasuk antara kelompok yang paling rentan kala terjadinya bencana (UNDP 2022). Langkah-langkah yang telah diambil untuk mendorong keterlibatan aktif dari kelompok-kelompok tersebut turut memperdayakan mereka pada mitigasi dan tanggap bencana. Hal ini khususnya adalah keterlibatan ibu-ibu anggota PKK dan pelajar-pelajar di tingkat SMA. Sebanyak 90 peserta dari kedua kelompok ini, di mana lebih dari 80% antaranya adalah perempuan, diberi pelatihan mengenai kesiapan tanggap bencana dan pengunaan alat-alat digital. Selain itu, tim CEGAS Studio juga mengembangkan buku saku sebagai panduan masyarakat umum dalam memahami resiko bencana di Slawi serta langkah-langkah mitigasi dan tanggap bencana. Dengan diberikannya pelatihan ini kepada perempuan dan pemuda, mereka akan memiliki kapasitas yang lebih besar untuk menghadapi bencana. Hal ini turut membangun masyarakat yang tangguh dalam mengatasi tantangan-tantangan tak terduga.
Untuk memastikan keberlanjutan jangka-panjang dari proyek ini, CEGAS Studio bermitra dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tegal. Suatu sesi ‘transfer teknologi’ diadakan dengan pihak BPBD serta relawan lokal. Setelah selesainya proyek piloting, portal web bencana yang telah dikembangkan kemudian dipadukan dalam situs Titir Cetar yang sudah dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Tegal. "Melalui portal kebencanaan, masyarakat dapat siap dan siaga menghadapi bencana. Kenali ancamannya, maka kita dapat kurangi risikonya" ungkap Elliya Hidayah, Kepala BPBD Kabupaten Tegal.
Melihat lebih luas, perkembangan portal kebencanaan daring ini menjadi cerminan dari kota-kota pintar masa depan di Indonesia. Dengan adanya digitalisasi layanan publik, masyarakat perkotaan pun dapat berpartisipasi secara aktif dalam tata Kelola perkotaan. Selain itu, inovasi ini memiliki potensi untuk direplikasi. Hal ini turut mendukung transformasi digital Indonesia dan membangun ketangguhan perkotaan di seantero Nusantara.
Meskipun bencana tidak selalu dapat terhindarkan, inovasi ini turut menyediakan pengetahuan dan sumber daya kepada masyarakat Slawi. Mereka kini dapat memitigasi dampak dari bencana dan membangun kembali dengan tangguh. Melalui pendekatan inovatif terhadap kesiapsiagaan tanggap bencana, masyarakat dapat membangun masa depan yang lebih baik dan aman di mana mereka dapat bangkit dari masa-masa sulit.
Teks oleh Indrajit Joyosumarto (Innovation Officer UNDP Accelerator Lab) dan Muhammad Didi Hardiana (Head of Experimentation UNDP Accelerator Lab)
Photo oleh CEGAS Studio