#SheDisrupts2023 Startup Stories: Menghubungkan Donor ASI dengan Ibu yang Membutuhkan di Seluruh Indonesia
15 June 2023
Di tengah pandemi, Soraya dan Vidya, salah satu pendiri DonASI, mendapati diri mereka sedang menelusuri ponsel mereka ketika menemukan permohonan yang tulus dari seorang ibu setempat. Dia berjuang untuk menyediakan ASI bagi anak-anaknya, sementara cerita muncul tentang ibu-ibu dengan persediaan berlebih yang tidak yakin apa yang harus dilakukan dengannya. Ini memicu kesadaran dalam diri Soraya dan Vidya bahwa ada masalah yang lebih dalam yang sedang dimainkan.
Untuk mendalami lagi masalah ini, mereka menemukan kurangnya pendidikan tentang pentingnya menyusui, ditambah dengan hambatan sosial, stigma, dan dukungan yang tidak memadai yang menghambat kesejahteraan bayi. Investigasi mereka mengungkapkan bahwa bahkan dalam kasus di mana ibu tidak dapat memberikan ASI karena sakit atau mengalami kejadian yang tidak menguntungkan, susu formula tidak dapat menggantikan ASI secara memadai, yang berpotensi menyebabkan masalah perkembangan bayi
Menyusui tetap menjadi tantangan global. Hanya 44% bayi di seluruh dunia menerima ASI eksklusif dalam enam bulan pertama mereka, menurut data WHO tahun 2015-2020. Di Indonesia, angka ini turun bahkan lebih rendah lagi menjadi hanya 41%. Sayangnya, penelitian DonASI menegaskan bahwa banyak yang keliru memilih susu formula, tanpa menyadari kekurangannya sebagai pengganti ASI. Mengapa susu formula mendominasi dibandingkan pemberian ASI di Indonesia? Berbagai alasan berkontribusi pada fenomena ini. Norma-norma budaya seringkali memberi ayah kekuatan untuk mengambil keputusan, bahkan jika mereka tidak memiliki kesadaran akan manfaat ASI dan praktik menyusui. Ini dengan mudah mengarahkan mereka untuk memilih susu formula. Beberapa ibu dengan banyak anak mengklaim bahwa mereka tidak dapat lagi menyusui, sementara yang lain melihat susu formula sebagai simbol status, di antara mereka tidak menyadari pentingnya ASI. Dan beberapa menyerah menyusui dan memilih susu formula sebagai gantinya.
Kecenderungan ini menekankan kebutuhan yang berkelanjutan akan ASI dan kurangnya pendidikan dan kesetaraan ibu dalam menyusui. Pemberian ASI eksklusif sangat penting untuk perkembangan kesehatan bayi,
DonASI didirikan sebagai startup sosial dengan tujuan untuk menjembatani kesenjangan antara mereka yang kelebihan pasokan dan mereka yang membutuhkan ASI untuk anaknya. Startup ini beroperasi melalui platform digital yang ramah pengguna, mengutamakan keamanan dan privasi melalui proses kurasi yang cermat. Dengan menawarkan layanan komprehensif seperti pencarian donor, pendaftaran, pengiriman, pendidikan, konsultasi, dan keterlibatan masyarakat, DonASI memberdayakan perempuan dan memastikan mereka memiliki akses ke informasi dan dukungan yang mereka butuhkan. Misi mereka adalah meningkatkan angka pemberian ASI eksklusif di Indonesia, mencegah stunting dan menurunkan angka kematian bayi. Terutama di daerah tertinggal yang berisiko mengalami stunting.
Kontribusi donASI untuk Pembangunan Berkelanjutan:
Untuk menjembatani kesenjangan ini, DonASI didirikan sebagai startup sosial. Usaha inovatif ini menghubungkan donor menyusui dengan mereka yang membutuhkan melalui platform digital yang mudah digunakan. DonASI memberdayakan perempuan dengan memberikan informasi dan layanan seperti pencarian donor, pendaftaran, pengiriman, pendidikan, konsultasi, dan keterlibatan masyarakat. Misi DonASI adalah meningkatkan angka ASI eksklusif di Indonesia, mencegah stunting dan menurunkan angka kematian bayi.
Dampak DonASI sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dan partisipasi mereka dalam program She Disrupts Indonesia 2023 mencerminkan komitmen mereka untuk mencapai tujuan tersebut. Kompetisi usaha dan program pra-akselerasi ini, diluncurkan oleh Moonshot Ventures dan Creatella Impact bekerja sama dengan Sasakawa Peace Foundation, UNDP, UN Women, dan Monk's Hill Ventures, berfokus pada usaha yang dipimpin perempuan dan usaha dengan penerima manfaat perempuan.
Selama program berlangsung, DonASI bertujuan untuk mempelajari bagaimana mengukur dan mengelola dampaknya secara efektif. Sementara mereka memahami pentingnya mengukur hasil mereka, mereka tidak memiliki metode evaluasi yang terstruktur. Kewirausahaan perempuan memainkan peran penting dalam tujuan program pemberdayaan perempuan, menjadi motivator yang signifikan bagi partisipasi DonASI.
“Sebelumnya, kami hanya sebatas mengukur dampak internal DonASI. Namun, melalui program ini, kami telah mampu menyelaraskan tujuan DonASI dengan pencapaian SDGs. Sekarang kami dapat memasukkan indikator dalam program kami melalui Pengukuran dan Pengelolaan Dampak (IMM), memungkinkan kami melacak dan mengevaluasi dampak kami dengan lebih efektif." ungkap Widya.
Dalam hal dampak, DonASI bertujuan untuk berkontribusi terhadap pencapaian SDG berikut: (1) nol kelaparan (SDG 2): mengurangi kelaparan dan kekurangan gizi, mendorong pertumbuhan dan perkembangan anak secara total di tahun-tahun awal kehidupan dengan memastikan akses ke ASI , (2) kesehatan dan kesejahteraan yang baik (SDG 3): Meningkatkan kesehatan fisik dan mental serta kesejahteraan ibu dan anak dengan menganjurkan pemberian ASI, memberikan konseling laktasi, dan melatih petugas kesehatan, (3) kesetaraan gender (SDG 5 ): Memberdayakan perempuan dan anak perempuan untuk mencapai kesetaraan gender dengan mengaktifkan pendidikan, pekerjaan, dan otonomi reproduksi mereka dengan memberikan pendidikan, konseling, dan dukungan menyusui yang memadai.
DonASI berkomitmen untuk membangun ekosistem yang inklusif bagi perempuan dan membongkar stigma yang berlaku di Indonesia yang menempatkan tanggung jawab menyusui hanya pada ibu. Mereka menekankan bahwa menyusui tidak terbatas pada ibu menyusui saja; itu melibatkan semua anggota keluarga dan orang-orang di sekitar ibu. Dengan bekerja sama, DonASI bertujuan untuk mewujudkan pemberian ASI eksklusif yang lebih baik bagi bayi di Indonesia, memastikan hak setiap anak untuk disusui. Melalui dedikasi dan sentuhan kemanusiaan mereka, DonASI mencontohkan kekuatan menghubungkan individu dan komunitas untuk mendorong pembangunan berkelanjutan dan menciptakan masa depan yang lebih cerah untuk semua.
Ditulis oleh Fathi Arsadipura dan Adra Shaffa Andira (Innovative Financing Lab, UNDP Indonesia)
Edited by Enggi Dewanti